Senin, 04 Februari 2013

Masih Ada Bintang Yang Terang

       Sepulang sekolah aku langsung menuju ke toko bunga yang jaraknya lumayan jauh. Sesampainya ditoko bunga aku langsung memilih bunga yang sesuai dengan keinginanku yaitu bunga mawar merah yang indah. Setelah membeli bunga aku langsung menuju rumah Winda. Terik matahari sangat menyengat tubuhku yang penuh dengan keringat. Sampailah aku di depan rumah Winda. Aku pun mulai memanggil Winda. Winda pun keluar dan bertanya “Ada apa Raka?”. “Oh.. nggak papa kok, hanya ingin memberimu sesuatu” sahut ku. “Sesuatu apa Raka?” tanya Winda kembali. “Mendekatlah!” perintahku. Tak lama lagi Winda pun mendekati ku. “Ini aku berikan bunga mawar merah yang indah untukmu” sambil menjulurkan mawar merah yang berada di tangan ku. “Aaaaa.... Raka terima kasih banyak ya bunganya, aku sangat suka bunga ini” jawab Winda sambil terkejut. “Tidak perlu berterima kasih, memang sudah seharusnya aku memberikan bunga ini kepada mu” jawabku. Setelah aku memberikan bunga itu, aku pun bergegas untuk berpamitan karena hari sudah hampir sore.Setelah berpamitan aku langsung melajukan sepeda unguku. Beberapa menit kemudian aku pun sampai dirumah. Aku pun menjalani aktivitas ku seperti biasa. Keesokan harinya aku bangun pagi-pagi sekali untuk bersiap-siap ke sekolah. Setelah semua siap aku pun langsung menuju ke sekolah tercinta ku. Sesampainya di sekolah aku memarkirkan sepedaku. Setelah sepedaku terparkir rapi aku menuju ke kelas. Tet... tet... tet... bel masuk pun berbunyi. Aku pun mengikuti pelajaran seperti biasa. Sepulang sekolah aku langsung bergegas melajukan sepedaku menuju kerumah. Sungguh lelah dan lemas badanku ini, keringat pun bercucuran di seragam biru putih ku. Sesampainya dirumah aku langsung menuju ke kamar untuk melepaskan rasa capek ku ini. Saat sedang asiknya mengguling-guling di kasur tak lama kemudian handphone ku berbunyi. Ternyata yang menelepon ku adalah Bella teman akrabnya Winda. “Halo..ada apa Bella?” tanyaku. “Eh.. Raka.. Raka.. gawat” jawab Bella dengan nada panik. “Gawat kenapa Bella?” jawab ku, aku pun semakin penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Bella. “Gawat Raka.. Winda memberikan bunga yang kamu kasih kepada cowok lain” jawab Bella. “Hah.. yang bener Bel? Kamu nggak bercanda kan?” ujarku sambil menahan nangis. “Iya Raka aku serius” jawab Bella. “Ohh.. ya sudah Bel, thanks ya infonya” jawab ku sambil mematikan telepon dari Bella. Setelah mematikan telepon dari Bella aku pun langsung menelepon Winda untuk memastikan apakah yang dikatan oleh Bella itu benar. Mulailah aku menelepon Winda. “Hallo.. Win, apa benar kamu memberikan mawar merah yang kuberikan untukmu itu kepada cowok lain?” tanya ku dengan tegas. “Emm.. sebenernya emang iya aku memberikan bunga itu kepada cowok lain” jawab Winda dengan nada lemas. “Kenapa sih kamu setega itu sama aku? Apa aku masih kurang baik untuk kamu? Apa aku masih buruk dimata kamu?” jawab ku sambil menangis. “Maafkan aku Raka, bukan maksudku untuk tidak menghargai kamu, bukan maksudku untuk menyakiti mu, tapi aku udah mulai cinta kepada cowok itu, aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita, kita cukup sampai disini ya?” jawab Winda sambil tersedu-sedu. “Okelah Win, kalo itu bisa membuat mu bahagia aku tidak keberatan untuk mengakhiri hubungan kita”. “Maafin aku ya Raka?” jawab Winda sambil mematika telepon. Ternyata apa yang dikatakan oleh Bella itu benar, Winda memberikan bunga itu kepada cowok lain. Akhirnya hubungan ku dengan Winda pun berakhir. Jarum panjang mulai menunjukan pukul 23.30 aku pun harus segera tidur. Aku sebagi pelajar juga harus konsentrasi dalam sekolah. Putus cinta bukan halangan ku untuk belajar demi meraih cita-cita. Alaram pun berbunyi dan aku terbangun dari tidur lelap ku. Aku belum sanggup untuk melupakan kejadian semalam. Pada pagi ini hatiku masih merasakan sakit yang mendalam. Hati ini belum sanggup menerima semuanya. Aku tutupi kesedihan ini dengan senyuman. Aku sebagai lelaki tidak boleh menyimpan kesedihan yang berlarut-larut. Sesampainya di sekolah aku hanya bisa terdiam dengan hati yang terluka. Selama pelajaran berlangsung aku tidak mampu untuk menangkap materi yang diajarkan oleh bapak/ibu guru. Pelajaran pun telah usai, waktunya pulang telah tiba, tetapi aku masih terdiam di depan kelas dengan kepala merunduk. Bagaikan tubuh ini tak kuat lagi untuk hidup. “Kamu menangis hanya karena cewek yang tidak punya perasaan?” suara cewek yang tidak ku kenal tiba-tiba muncul dan menyadarkan ku. “Kamu siapa? Kok tau kalau aku sedang menangisi cewek?” Tanya ku dengan muka bebingungan. “Aku Anisa, aku tau karena aku barusan denger kabar kalo kamu barusan putus dengan Winda”. Jawabnya dengan santai. Aku pun terdiam tidak bisa membalasnya. “Sudahlah Rak, tidak udah menangis lagi, masih banyak cewek di belahan bumi kita ini.” Ujarnya menyadarkan ku. “Tapi Cuma dia satu-satunya cewek yang aku cinta” jawab ku sambil meneteskan air mata. “Aku pergi dulu ya? Inget cewek nggak cuma satu, masih ada bintang yang lebih terang!” lagi-lagi terdiam melihat langkahnya meninggalkanku. Aku pun mempunyai rencana baru. Mencoba melupakan Winda dan mewarnai hidup baru dengan Anisa. Pulang sekolah, sesampainya dirumah aku pun mencari tahu informasi tentang Anisa. Bertanya-tanya dengan teman akrabnya tentang Anisa. Berhasil kudapatkan nomer HPnya Anisa. Ku coba untuk menghubunginya. Ternyata memang benar itu nomer HPnya Anisa. Keesokan harinya aku mengajak Anisa kerumah ku sepulang sekolah. Sungguh beda rasanya main bersama Anisa, tidak seperti waktu sama Winda. Malam harinya aku mengajak Anisa jalan ke taman pelangi. Pada malam itu aku berniat untuk menembaknya. Waktu telah menjelang malam aku pun bersiap-siap untuk jalan bersama Anisa. Aku pun berusaha berpakaian rapi agar terlihat tampan. Papah yang melihatku berpakaian rapi pun bertanya “Mau pergi kemana nak?”. “pergi bersama cewek barunya Raka pah” jawabku sambil tersenyum malu. “Walah-walah masih kecil saja sudah main pacar-pacaran” ejek papah. “Ya udah pah, Raka berangkat dulu ya?”. Setelah berpamitan aku pun segera melajukan motorku menuju kerumah Anisa. Ternyata Anisa sudah menungguku di depan rumahnya dengan gaun putih yang menawan. Muka manisnya yang sunggu tak bisa kulupakan. “ayo” ajakku untuk segera naik ke motor, dia balas dengan senyumannya. Grogi, gugup, ntah apa yang kurasakanya saat membocengkanya.aku harap malam ini berhasil dan tidak seperti kemarin dengan Winda. Setelah sampai di taman pelangi akupun segera memarkirkan motor. Setelah motorku terparkir aku pun segera menggandeng tanganya dan mencari tempat yang cocok dengan suasana malam ini. Setelah kudapatkan tempat yang cocok aku dan Anisa pun memandang indahnya bintang pada malam itu. Sambil memandang bintang aku pun mengungkapkan perasaanku bersamaan dengan memberikan bunga yang seharusnya kuberikan kepada Winda. Namun aku harap bunga ini bisa menetap di tangan Anisa. “Anisa, aku mau ngomong serius sama kamu!” ujarku dengan grogi. “ngomong apa Raka?” tanya Anisa kepadaku. Sejenak aku menelan ludah, “Aku.. aku.. aku.. cin.. cinta sama kamu, aku harap bunga ini bisa berhenti di tangan mu” aku pejamkan mata, sambil ketakutan jika dia marah padaku. Sedikit demi sedikit kubuka mata ku dan kulihat dia tersenyum dan mengangguk kepadaku, aku tak menyangka. “Jadi kamu mau?” tanya ku. “Sudah lama Raka aku menunggu kau katakan semua ini kepadaku” senyum manisnya memancar di wajahnya.sungguh ini semua tak ku sangka. Semua seperti mimpi. Akupun percaya bahwa pasti ada bintang yang lebih terang jika kita melihat di sekitarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Angry Birds -  Red Bird